METODE PENILAIAN KINERJA
Untuk lebih mengerti tentang Penilaian Kinerja ini,
berikut ini adalah beberapa definisi atau pengertian penilaian kinerja menurut
beberapa ahli.
Pengertian Penilaian Kinerja menurut Hasibuan (2000:87) :
Penilaian kinerja adalah kegiatan manajer untuk mengevaluasi perilaku prestasi
kerja pegawai serta menetapkan kebijaksanaan selanjutnya. Evaluasi atau
penilaian perilaku meliputi penilaian kesetiaan, kejujuran, kepemimpinan,
kerjasama, loyalitas, dedikasi, dan partsipasi pegawai.
Pengertian Penilaian Kinerja menurut Handoko (1994:11) :
Penilaian kinerja merupakan cara pengukuran kontribusi-kontribusi dari individu
dalam organisasi. Nilai penting dari penilaian kinerja adalah menyangkut
penentuan tingkat kontribusi individu atas kinerja yang diekspresikan dalam
penyelesaian tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Noe, et al. (2000), mengemukakan sejumlah pendekatan
untuk mengukur karyawan kinerja yang didasarkan pada atribut, perilaku dan
hasil kerja karyawan serta perbandingan secara menyeluruh diantara kinerja
karyawan.
- Pendekatan untuk mengukur kinerja :
- Pendekatan Komparatif
Pendekatan komparatif untuk mengukur kinerja berisi teknik-teknik yang menuntut penilai membandingkan kinerja individu dengan individu lain. Pendekatan ini biasanya menggunakan suatu penilaian secara menyeluruh terhadap kinerja atau nilai dari seorang individu, dan berusaha membuat ranking dari individu-individu tersebut dalam suatu kelompok tertentu. Sedikitnya ada tiga teknik yang masuk ke dalam pendekatan komparatif, yaitu :
A. Ranking
Ranking adalah teknik sederhana yang
dapat digunakan oleh para manajer untuk mengurutkan peringkat karyawan dalam
departemen mereka mlai dari yang memilki kinerja tertinggi hingga yang memiliki
kinerja terendah. cara melakukan teknik ini adalah meniliskan daftar nama-nama
karyawab untuk dinilai pada sisi kiri lembar kertas penilaian. pilih karyawan
yang memiliki kinerja paling tinggi dari daftar tersebut, dan beri tanda
silang. kemudian pindahkan nama karyawan tersebut pada daftar paling atas disisi
sebelah kanan kertas penilaian dan sebaliknya jika kinerja karyawan paling
buruk beri tanda silang dan dari daftar pada kolom sebelah kiri, pindahkan pada
daftar terbawah pada kolom sebelah kanan.
Metode ini terdiri dari 2 macam sebagai
berikut :
1. Metode Ranking langsung : Metode ini
cocok diterapkan pada perusahaan yang memiliki skala kecil karena dalam
perusahaan besar akan sulit jika harus mengurutkan peringkat satu persatu dari
sekian banyak karyawan dengan metode ini. Dalam rangking langsung, atasan
mengurutkan para pemegang jabatan, dari yang terbaik sampai yang terburuk, yang
biasanya berdasarkan kinerja secara keseluruhan. Rangking semacam ini hanya
cocok dalam organisasi kecil karena semakin banyak pemegang jabatan maka
semakin sulit melihat perbedaan-perbedaan kinerja mereka.
2. Metode Ranking Alternatif : Metode ini
hampir sama dengan metode rangking langsung, namun dalam metode ini, penyusunan
terbagi menjadi 2 bagian yaitu kinerja terbaik dan kinerja terburuk. Penyusunan
dilakukan secara kelompok bukan satu persatu lagi, bagi karyawan yang memiliki
kinerja baik, maka ia berada diperingkat atas pada bagian kinerja terbaik,
namun untuk karyawan yang kinerjanya buruk, maka ia berada diperingkat bawah
pada bagian kinerja terburuk.
B. Forced Distribution
Teknik ini juga menggunakan format
ranking, tetapi karyawan yang diranking dimasukkan ke dalam sebuah kelompok.
teknik ini menuntuk penilai untuk membandingkan kinerja karyawan dan
menempatkan suatu persentase karyawan tetentu pada berbagai level kinerja.
sebagai contoh : 60% karyawan memenuhi harapan, 20% melampui harapan, dan 20%
tidak memenuhi harapan. dalam beberapa kategori, kualitas pekerjaan ditentukan
misalnya rendah, dibawah rata-rata, rata-rata, di atas rata-rata, dan tinggi.
Karakteristik yang membedakan metode ini adalah persentase kelompok layanan
yang akan dinilai telah ditetapkan terlebih dahulu. Kelebihan metode ini adalah
dapat menghindari masalah -masalah seperti central tendency yang terlalu longgar
atau ketat. Kelemahannya adalah kinerja kelompok mungkin tidak sesuai dengan
pola normal. Selain itu metode ini sulit diterapkan jika jumlah karyawan yang
akan dinilai terlalu sedikit.
C. Paired Comparison (pembandingan
berpasangan)
Metode ini menuntut penilai untuk
membandingkan seluruh pasangan yang mungkin dari karyawan yang dinilai pada
“keseluruhan atau beberapa kinerja”. Rumus untuk menghitung jumlah pasangan
yang mungkin dari karyawan yang dinilai adalah menggunakan rumus : N(N-1)/2 =
Jumlah Perbandingan Keterangan : N adalah jumlah karyawan/pegawai dalam
perusahaan. sebagai contoh seorang penilai akan meniai enam orang karyawan.
nama-nama karyawan yang dinilai didaftarkan pada sisi sebelah kiri dari lembar
penilaian. penilai kemudian membandingka karyawan pertama dengan karyawan kedua
pada kriteria kinerja yang telah terpilih seperti kuantitas kinerja. metode ini, penilai
diminta untuk membandingkan seorang karyawan dengan karyawan yang lainnya,
kemudian dinilai apakah kinerjanya lebih tinggi atau lebih rendah dari karyawan
lain tersebut. Kelebihan metode ini adalah penilai dituntut untuk membandingkan
kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari para karyawan.
- Pendekatan Atribut
Pendekatan ini memusatkan perhatiannya
pada sejauh mana individu memiliki atribut tertentu (ciri atau sifat) yang
diyakini diperlukan untuk keberhasilan perusahaan. Teknik yang digunakan dalam
pendekatan ini cenderung untuk menetapkan seperangkat sifat (seperti inisiatif,
kepemimpinan dan kemampuan bersaing/competitiveness) dan menilai individu pada
sifat-sifat tersebut.
Bentuk paling umum dari pendekatan atribut adalah skala
penilaian grafik. dalam teknik ini penilai dihadapkan pada seperangkat dimensi kinerja yang telah ditentukan dan memberikan penilaian pada setiap dimensi tersebut. misalnya mulai dari skala 1 (kurang) sampai dengan 5 (istimewa).
- Pendekatan Keperilakuan
Pendekatan ini berusaha untuk
mendefinisikan perilaku karyawan yang harus efektif dalam pekerjaan( Noe,et.
Al.,2000). Berbagai macam teknik mendefinisikan perilaku tersebut, selanjutnya
meminta kepada manajer untuk menilai sejauh mana karyawan bekerja. Ada tiga
teknik yang tergantung pada pendekatan keperilakuan ini, yaitu :
a. Insiden Kritis (Critical Incidents)
Teknik ini menuntut penilai untuk
membuat catatan-catatan tertulis dari suatu peristiwa/insiden sebagaimana
peristiwa itu terjadi (Byars & Rue,1997).
b. Skala Penilaian Berdasarkan Perilaku
(Behaviorally Anchored Rating Scale/BARS)
Teknik ini drancang untuk menilai
perilaku yang diperlukan unutk melaksanakan pekerjaan secara berhasil (Byars
& Rue, 1997).
c. Skala Observasi Berhubungan dengan
Perilaku (Behavioral Observation Scales/BOS).
teknik ini merupakan variasi dari BARS
dan sebagaimana BARS,BOS juga dikembangkan dari kejadian kritis untuk
mengidentifikasi serangkaian perilaku yang menutupi tanah pekerjaan.
- Manajemen Berdasarkan Sasaran (Management By Objectives/MBO)
Pendekatan goal setting untuk penilaian
kinerja atau manajemen berdasarkan sasaran (MBO) lebih umum digunakan untuk
profesional dan karyawan manajerial. Proses MBO secara khas berisi
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Tinjauan pekerjaan dan kesepakatan
b. Pengembangan standard kinerja
c. Penetapan tujuan yang terarah
d. Diskusi kinerja yang berkelanjutan
2. System Pengembangan karier
Menurut Bernardin dan Russel (1998),
suatu system pengembangan karier yang efektif harus berusaha mengintegrasikan
serangkaian perencanaan karier individual dan aktivitas manajemen karier
organisasional yang melibatkan karyawan, manajemen dan organisasi.
Berbagai komponen karier (aktivitas dan
alat tersedia untuk digunakan organisasi. Manajer SDM harus akrab dengan
komponen-komponen tersebut karena manajer SDM sering bertindak sebagai
konsultan internal dan bertanggung jawab untuk merancang system pengembangan
karier. Beberapa komponen yang cukup popular tersebut menurut Bernardin dan
Russel (1998) meliputi:
a. Alat – alat penilaian sendiri
b. Konseling individual
c. Servis informasi
d. Program pekerjaan awal
e. Program penilaian organisasional
f. Program bersifat pengembangan.
Empat langkah dasar implementasi program
pengembangan karier:
Menurut Byars dan Rue (1997), menyatakan
bahwa ada empat langkah dasar yang harus diikuti agar implementasi program
pengembangan karier berhasil.yaitu:
1. Penilaian individu
Berbagai macam bahan untuk penilaian
sendiri banyak tersedia baik secara komersil maupun secara konvensional,
seperti yang dilakukan organisasi. Organisasi dapat membuat format-format yang
dijalan/ disusun dari bahan-bahan yang telah tersedia tersebut untuk
karyawannya. Pilihan lain adalah menggunakan beberapa format dari tes
psikologi.
2. Penilaian organisasi
Organisasi memiliki beberapa sumber
informasi potensional yang dapat digunakan untuk menilai karyawan.
3. Mengkomunikasikan pilihan karier
Untuk merancang sasaran karier yang
realistis, karyawan harus mengetahui pilihan dan peluang yang tersedia.
Organisasi dapat melakukan beberapa hal untuk memfasilitasi adanya kesadaran
tersebut. Posting dan advertensi lowongan pekerjaan merupakan salah satu aktivitas
yang dapat membantu karyawan untuk mempertimbangkan pilihan mereka.
4. Bimbingan karier
Merupakan aktivitas yang
mengintegrasikan langkah-langkah berbeda dalam proses perencanaan karier.
Metode pengembangan karier
Mondy dan Noe(1996), mengemukakan
beberapa metode yang biasa digunakan oleh organisasi dan diantaranya digunakan
dengan berbagai variasi dan kombinasi.
a. Diskusi atasan-bawahan
b. Bahan-bahan adri perusahaan
c. System penilaian kinerja
d. Workshop.
Referensi :
Buku Materi Pokok EKMA4214/Manajemen
Sumber Daya Manusia
Komentar
Posting Komentar